SMARTNEWSCELEBES.COM, PAREPARE – Yayasan Lembaga Pengkajian Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat (YLP2EM) Parepare kembali menggelar kegiatan Penguatan Kapasitas Forum Media dan Jurnalis dengan fokus pada analisis pemberitaan berperspektif Gender, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) serta isu perubahan iklim. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Inklusi yang bekerja sama dengan Yayasan BaKTI.

Diskusi yang berlangsung di Warkop Karajae, Jalan Andi Makkasau, Kamis (20/11/2025) siang, dihadiri oleh jurnalis dari berbagai media cetak, elektronik, dan online di Kota Parepare.

Direktur YLP2EM Parepare, Ibrahim Fattah, membuka kegiatan tersebut. Hadir pula Koordinator Program Inklusi, Abd. Samad Syam, bersama jajaran Yayasan BaKTI. Diskusi menghadirkan narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup Parepare, Pengawas Lingkungan Andi Aminah, yang membawakan materi terkait isu sampah dan dampaknya terhadap perubahan iklim.

Ibrahim Fattah menekankan bahwa pemberitaan berbasis perspektif GEDSI dan isu perubahan iklim kini menjadi semakin mendesak. Ia menilai, media memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat terkait berbagai isu lingkungan, termasuk pengelolaan sampah yang masih menjadi tantangan di banyak daerah.

“Salah satu contoh penting adalah kebijakan pengelolaan sampah. Media dapat memainkan peran strategis dalam mendorong masyarakat memahami dampaknya serta pentingnya perubahan perilaku,” ujar Ibrahim.

Ia menegaskan bahwa persoalan perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Karena itu, ia mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah, media, masyarakat, hingga sektor swasta, untuk bersinergi dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

“Pemberitaan yang akurat, edukatif, dan berbasis bukti sangat dibutuhkan untuk mendukung perubahan positif, terutama dalam pengelolaan sampah dan pencegahan dampak perubahan iklim,” tambahnya.

Pengawas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Parepare, Andi Aminah, menuturkan bahwa pemerintah daerah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan berupa peraturan daerah (Perda) dan peraturan kepala daerah (Perkada) terkait penanganan sampah. Hal ini sejalan dengan target nasional Indonesia bebas sampah pada 2029.

Namun demikian, ia mengakui masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Kebiasaan membakar sampah sembarangan, khususnya plastik, disebut menjadi salah satu penyebab meningkatnya polusi udara dan pemanasan global.

“Pembakaran sampah berkontribusi langsung pada gas rumah kaca. Karena itu, edukasi kepada masyarakat yang berkelanjutan sangat dibutuhkan, termasuk melalui pemberitaan media,” jelasnya.

Ia juga memaparkan berbagai dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak tepat, seperti banjir akibat penumpukan sampah di sungai, serta polusi udara yang mempercepat pemanasan global.

Dalam sesi diskusi, para jurnalis memberikan berbagai pandangan terkait persoalan sampah di Parepare. Beberapa di antaranya menyoroti perlunya perencanaan yang lebih matang dari pemerintah daerah, penyediaan sarana dan prasarana memadai, serta peningkatan literasi publik terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan perspektif GEDSI. (*smartnews)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here