
SMARTNEWSCELEBES.COM, LUWU – Najamudin, Ketua Komunitas Warga Lingkar Tambang (KWLT), memberikan tanggapan terkait aksi yang dilakukan Aliansi Anak Adat Rante Balla di area operasional PT Masmindo Dwi Area (MDA) pada Jumat (8/8/2025).
Menurutnya, tuduhan bahwa perusahaan tidak memberdayakan tenaga kerja lokal perlu dilihat secara proporsional dan berbasis fakta lapangan.
Ia menyebut, selama ini PT Masmindo Dwi Area telah melakukan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat setempat, baik dalam bentuk perekrutan tenaga kerja lokal, pelatihan keterampilan, maupun program pengembangan ekonomi desa.
“Kami disini terus melihat dan update terkait Masmindo. Perusahaan sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah dan desa untuk memastikan tenaga kerja lokal menjadi prioritas. Data di kami juga menunjukkan mayoritas pekerja berasal dari wilayah sekitar tambang, ya termasuk rante balla,” ujarnya.
Najamudin menambahkan, proses perekrutan memang mengikuti prosedur ketat yang bertujuan memastikan kompetensi dan kualifikasi pekerja. Hal ini bukan untuk menghambat warga lokal, melainkan agar keselamatan dan produktivitas kerja tetap terjamin.
“Tambang adalah industri dengan risiko tinggi. Semua pekerja harus memenuhi standar keselamatan dan keterampilan tertentu. Justru itu sebabnya, perusahaan menyediakan pelatihan gratis agar warga lokal siap bersaing,” jelasnya.
Menurutnya, sejak awal operasional, PT Masmindo Dwi Area telah memfasilitasi pelatihan operator alat berat, mekanik, hingga program kewirausahaan yang diikuti ratusan pemuda desa lingkar tambang. Beberapa di antaranya bahkan sudah membuka usaha sendiri dengan modal dan pendampingan dari perusahaan.
“Kalau bicara pemberdayaan, kita harus lihat dari hasil-hasil ini, bukan hanya dari jumlah orang yang langsung direkrut. Bicara rekrutmen juga, kebanyakan juga masyarakat dan pemuda lingkar tambang kok,” tegas Najamudin.
KWLT juga menyoroti adanya narasi yang seolah menutup mata terhadap program pemberdayaan non-tenaga kerja. Najamudin mencontohkan bantuan peralatan pertanian, perkebunan, pendirian koperasi desa, serta dukungan untuk kegiatan pendidikan dan kesehatan yang dibiayai perusahaan.
“Banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya, tapi kadang narasi yang muncul di media hanya fokus pada hal-hal negatif, biasanya orang-orang yang seperti itu tidak update informasi dan tidak berbaur dengan masyarakat sekitar,” katanya.
Meski demikian, Najamudin tidak menampik bahwa selalu ada ruang untuk perbaikan. Ia mengakui, komunikasi antara perusahaan dan masyarakat perlu terus diperkuat agar aspirasi tersampaikan dengan baik.
“Kalau ada pemuda yang merasa belum terakomodir, pintunya terbuka lebar untuk mengajukan diri lewat mekanisme resmi, bukan dengan aksi blokade yang justru merugikan semua pihak,” tuturnya.
Ia juga menegaskan, KWLT siap memfasilitasi dialog antara pihak yang merasa dirugikan dengan manajemen Masmindo. Dengan begitu, solusi yang diambil akan lebih konstruktif dan tidak menimbulkan gesekan sosial.
“Kita sama-sama ingin masyarakat sejahtera. Pemberdayaan adalah proses, bukan hasil instan. Mari kawal bersama tanpa saling menjatuhkan,” ujarnya.
Najamudin menutup pernyataannya dengan mengajak semua pihak menjaga suasana kondusif di wilayah tambang. Menurutnya, hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat adalah kunci agar program pemberdayaan berjalan optimal dan memberi manfaat jangka panjang.
“Kalau semua pihak mau duduk bersama, saya yakin persoalan ini bisa selesai dengan baik,” pungkasnya. (*smartnews)