
oleh: Hamida Hasan
Akademisi Akuntansi, pada Fakultas Bisnis Institut Ilmu Sosial dan Bisnis Andi Sapada
SMARTNEWSCELEBES.COM – Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang makin kompleks, stabilitas sektor jasa keuangan nasional menjadi fondasi utama bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam konteks ini, akuntansi berperan sentral sebagai instrumen yang memastikan transparansi, akuntabilitas, dan keandalan informasi keuangan lembaga jasa keuangan. Ketika volatilitas pasar meningkat dan risiko sistemik mengancam, laporan keuangan yang andal menjadi landasan pengambilan keputusan yang tepat oleh regulator, manajemen, dan pemangku kepentingan lainnya.
Akuntansi menyediakan kerangka kerja yang memungkinkan pengukuran dan pelaporan posisi keuangan secara objektif.
Standar akuntansi yang diterapkan secara konsisten membantu memastikan bahwa aset, liabilitas, pendapatan, dan beban dicatat secara benar, sehingga meminimalisasi potensi manipulasi data yang dapat merusak kepercayaan publik. Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, keandalan laporan keuangan menjadi semakin krusial untuk mendeteksi potensi risiko sejak dini.
Sektor jasa keuangan, khususnya perbankan, merupakan tulang punggung sistem keuangan nasional. Ketidakstabilan pada sektor ini dapat menimbulkan efek domino yang membahayakan perekonomian secara luas.
Oleh karena itu, pengawasan berbasis akuntansi menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga kesehatan lembaga keuangan. Pengawasan ini meliputi penilaian kecukupan modal, kualitas aset, likuiditas, dan tata kelola perusahaan, yang semuanya sangat bergantung pada data akuntansi yang akurat dan tepat waktu.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas sektor jasa keuangan memiliki mandat untuk memastikan seluruh lembaga keuangan menjalankan praktik usaha yang sehat dan transparan.
OJK menekankan pentingnya penguatan permodalan, likuiditas, dan manajemen risiko, yang semuanya memerlukan pelaporan keuangan yang sesuai standar. Dengan adanya laporan keuangan yang transparan, OJK dapat melakukan penilaian risiko secara lebih komprehensif dan mengambil langkah mitigasi yang diperlukan.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga memiliki peran vital dalam menjaga stabilitas moneter dan sistem pembayaran. BI memanfaatkan data keuangan yang dihasilkan melalui proses akuntansi untuk mengembangkan instrumen dan indikator makroprudensial.
Data tersebut menjadi dasar dalam mendeteksi kerentanan sektor keuangan dan merumuskan kebijakan moneter yang efektif. Kolaborasi antara BI dan OJK dalam berbagi data dan informasi keuangan sangat penting untuk menciptakan sistem pengawasan yang terintegrasi.
Dalam praktiknya, penerapan standar akuntansi internasional seperti IFRS (International Financial Reporting Standards) juga memperkuat integritas laporan keuangan lembaga jasa keuangan di Indonesia.
Standar ini mendorong harmonisasi pelaporan keuangan, sehingga memudahkan perbandingan antar lembaga dan memperkuat kepercayaan investor domestik maupun asing.
Di era ketidakpastian ekonomi, harmonisasi standar akuntansi menjadi kunci untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional yang semakin terintegrasi secara global.
Akuntansi juga mendukung efektivitas pengawasan mikroprudensial dan makroprudensial yang dijalankan oleh regulator. Melalui analisis data keuangan, regulator dapat mengidentifikasi potensi kegagalan lembaga keuangan sebelum menjadi masalah sistemik. Misalnya, rasio kecukupan modal dan tingkat non-performing loan (NPL) yang dilaporkan secara periodik menjadi indikator awal yang sangat penting dalam pemantauan kesehatan perbankan.
Selain sebagai alat pengawasan, akuntansi juga berperan dalam perlindungan konsumen sektor jasa keuangan. Informasi keuangan yang jelas dan mudah dipahami membantu konsumen dalam mengambil keputusan investasi atau memilih produk keuangan yang sesuai dengan profil risiko mereka. Dengan demikian, akuntansi berkontribusi pada peningkatan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat.
Ketika terjadi tekanan ekonomi, misalnya akibat pandemi atau gejolak pasar global, laporan keuangan yang kredibel menjadi dasar utama bagi pemerintah dan otoritas untuk merancang kebijakan stimulus atau restrukturisasi sektor keuangan. Akuntansi menyediakan data yang diperlukan untuk mengukur dampak krisis dan mengevaluasi efektivitas kebijakan yang diambil.
Penguatan tata kelola perusahaan (corporate governance) di sektor jasa keuangan juga sangat bergantung pada sistem akuntansi yang baik. Tata kelola yang kuat membutuhkan transparansi dalam pelaporan keuangan, sehingga setiap pengambilan keputusan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka.
Akuntansi menyediakan mekanisme audit trail yang memudahkan pelacakan transaksi dan mencegah terjadinya fraud.
Tidak kalah penting, akuntansi berperan dalam mendukung inovasi di sektor jasa keuangan, seperti digital banking dan fintech. Inovasi ini membawa tantangan baru dalam pelaporan keuangan, terutama terkait pengakuan pendapatan, valuasi aset digital, dan pengelolaan risiko teknologi. Standar akuntansi yang adaptif menjadi kunci agar inovasi tetap berjalan tanpa mengorbankan stabilitas sistem keuangan.
Dalam konteks Bank Syariah, akuntansi syariah yang sesuai prinsip-prinsip syariah juga berperan penting dalam menjaga stabilitas dan kepercayaan masyarakat. Akuntansi syariah memastikan bahwa transaksi keuangan dilakukan secara adil dan transparan, sesuai dengan ketentuan agama, sehingga memperkuat legitimasi dan daya tahan sektor keuangan syariah di tengah ketidakpastian ekonomi.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga memanfaatkan data akuntansi untuk menilai kesehatan bank dan menentukan langkah penanganan jika terjadi kegagalan bank. Koordinasi antara LPS, OJK, dan BI yang berbasis pada data keuangan yang akurat sangat penting untuk memastikan respons cepat dan terkoordinasi dalam menghadapi potensi krisis.
Pentingnya koordinasi antar lembaga pengawas menuntut harmonisasi regulasi dan pelaporan keuangan. Tumpang tindih regulasi atau perbedaan standar pelaporan dapat menimbulkan kebingungan dan memperlemah efektivitas pengawasan. Oleh karena itu, harmonisasi standar akuntansi dan regulasi menjadi prioritas untuk menjaga stabilitas sektor jasa keuangan nasional di era globalisasi.
Keterbukaan informasi keuangan yang dihasilkan melalui proses akuntansi juga meningkatkan disiplin pasar. Investor dan pelaku pasar dapat menilai kinerja lembaga keuangan secara objektif, sehingga tercipta mekanisme pasar yang sehat. Disiplin pasar ini menjadi benteng pertahanan tambahan dalam mencegah terjadinya krisis keuangan.
Akuntansi juga mendukung proses audit internal dan eksternal yang menjadi bagian dari sistem pengendalian internal lembaga keuangan. Audit yang efektif membantu mendeteksi dan mencegah penyimpangan, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
Dengan demikian, akuntansi memperkuat integritas dan stabilitas sektor jasa keuangan. Di era digital, tantangan terkait keamanan data dan integritas laporan keuangan semakin meningkat.
Akuntansi berbasis teknologi, seperti penggunaan blockchain untuk pencatatan transaksi, menawarkan solusi baru untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi risiko manipulasi data. Inovasi ini perlu diadopsi secara hati-hati agar tetap sejalan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Peran akuntansi dalam mendukung edukasi keuangan juga tidak bisa diabaikan. Dengan menyediakan informasi yang mudah diakses dan dipahami, akuntansi membantu meningkatkan literasi keuangan masyarakat, yang pada akhirnya memperkuat fondasi stabilitas sektor jasa keuangan secara nasional.
Secara keseluruhan, akuntansi bukan hanya alat pencatatan, tetapi juga instrumen strategis dalam menjaga stabilitas sektor jasa keuangan nasional. Di era ketidakpastian ekonomi, peran akuntansi semakin vital dalam memastikan transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan publik terhadap sistem keuangan.
Kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan profesi akuntansi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan dan menjaga stabilitas keuangan Indonesia ke depan.
Sebagai penutup, izinkan saya mengutip sebuah kata mutiara yang kerap menjadi pegangan para akuntan: “Angka tidak pernah berbohong, tetapi interpretasi dan integritas kitalah yang menentukan maknanya.” Dalam setiap baris laporan keuangan, terkandung tanggung jawab moral dan profesional yang besar.
Akuntansi bukan sekadar seni mencatat, melainkan seni menjaga kepercayaan. Dengan menjunjung tinggi kejujuran, ketelitian, dan etika, para akuntan menjadi garda terdepan dalam menjaga stabilitas dan masa depan sektor jasa keuangan nasional di tengah arus ketidakpastian ekonomi.