
SMARTNEWSCELEBES.COM, PINRANG – Kericuhan terjadi dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) yang ke-79 di Punnia, Kecamatan Mattirobulu, membuat momen semarak yang seharusnya penuh dengan kegembiraan berubah menjadi ajang ketegangan.
Insiden ini tidak hanya menimbulkan keributan di kalangan warga, tetapi juga menarik perhatian berbagai pihak, termasuk mantan Kepala Desa Pananrang, Puang Baharuddin, yang turut hadir di lokasi kejadian.
Dalam insiden yang terjadi pada Jumat, 16 Agustus 2024 ini, Baharuddin, yang kini juga merupakan anggota DPRD terpilih dari Partai Demokrat, terlihat berada di tengah kerumunan massa.
Keberadaannya sempat disoroti, mengingat posisinya yang cukup dikenal di kalangan masyarakat. Namun, dalam konfirmasi yang diberikan, Baharuddin menjelaskan bahwa kehadirannya di lokasi bukan untuk memihak salah satu kelompok atau menambah ketegangan, melainkan untuk meredakan situasi yang memanas.
“Keberadaan saya di sana untuk memisahkan agar massa kembali ke rumah masing-masing, agar tidak terjadi keributan yang lebih besar,” ungkap Baharuddin ketika dimintai keterangan. Ia menegaskan bahwa dirinya hadir dengan niat baik untuk menengahi dan mencegah konflik lebih lanjut.
Namun, kehadirannya di lokasi tersebut ternyata memunculkan berbagai spekulasi dan isu yang tidak mengenakkan bagi dirinya. Beberapa pihak bahkan menuding Baharuddin menyampaikan perkataan yang dianggap provokatif. Menanggapi hal tersebut, Baharuddin dengan tegas meluruskan bahwa ada kesalahpahaman dalam interpretasi perkataannya.
“Saya luruskan, saya tidak mengatakan bahwa saya tidak takut. Yang saya katakan adalah ‘De Wakkada Dewetauki, Makkadama, De Nadewetauki Uhargaiki nasaba pada idi’ (Saya tidak berkata tidak saya takuti cuma saya bilang saya takuti Ki, saya hargaiki karena sesama kita). Maksud saya adalah kita harus saling menghargai sebagai sesama saudara, bukan berarti saya menantang,” jelasnya.
Baharuddin juga menambahkan bahwa dalam insiden tersebut, banyak warga Desa Pananrang yang turut menjadi korban. “Hanya saja mari kita saling merangkul karena kita sesama saudara,” tambahnya dengan nada yang penuh harap agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Di sisi lain, salah satu warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa kericuhan yang terjadi bukanlah disebabkan oleh tindakan Baharuddin, melainkan oleh salah satu tokoh masyarakat di lokasi yang diduga memaksa membuka palang pintu yang memicu ketegangan. “Masalah cekcok penonton yang diisukan pasca dibuka palang pintu itu tidak benar. Kericuhan terjadi saat pertandingan masih berlangsung di akhir babak kedua,” jelasnya.
Situasi ini menunjukkan betapa mudahnya suasana yang seharusnya dirayakan dengan sukacita berubah menjadi konflik, terutama ketika ada mispersepsi di antara masyarakat. Meski demikian, upaya Baharuddin untuk meredakan situasi patut diapresiasi, dan diharapkan semua pihak dapat lebih bijak dalam menanggapi insiden ini untuk menjaga keharmonisan di tengah masyarakat.
Dengan adanya kejadian ini, menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat agar tetap mengedepankan dialog dan penyelesaian konflik secara damai dalam setiap situasi, terutama dalam momen-momen penting seperti perayaan Hari Kemerdekaan. (*smartnews)