SMARTNEWSCELEBES.COM, PAREPARE – Guna melestarikan kebudayaan sekaligus memberikan pembinaan seni dan budaya bagi tenaga pendidik, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Parepare melalui Bidang Kebudayaan menggelar pelatihan khusus bagi 40 tenaga pendidik di Kota Parepare.
Pelatihan ini berlangsung di Hotel Bukit Kenari, Parepare, selama dua hari, yakni pada 10 hingga 11 September 2024.
Pelatihan ini diikuti oleh tenaga pendidik dari berbagai tingkatan, baik Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta sekolah negeri dan swasta di Kota Parepare.
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Parepare, Niniek Harsyani, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang bertujuan untuk memperkuat penguasaan seni tradisional dan kreasi di kalangan pendidik.
“Pada tahun ini, kami mengangkat tema ‘Menguasai Ilmu Seni Tradisional dan Kreasi dalam Pengembangan Diri untuk Mengukir Prestasi.’ Kegiatan ini kami jadikan agenda tahunan untuk terus melestarikan budaya dan seni tradisional,” ujar Niniek.
Niniek menambahkan, sebanyak 40 tenaga pendidik yang terlibat berasal dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMP, dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang belum pernah tersentuh oleh program serupa sebelumnya. Ia berharap ke depannya jumlah peserta pelatihan bisa ditingkatkan lebih banyak lagi.
“Kegiatan ini berlangsung selama dua hari dan akan menyajikan materi pembinaan seni serta praktikum, termasuk seni rupa, musik tradisional, tari kreasi, dan tari tradisional. Para pemateri merupakan ahli di bidangnya masing-masing,” jelas Niniek.
Selain itu, sanggar seni juga diundang untuk mengisi acara dengan tarian khas, termasuk tarian empat etnis.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Parepare, H. Makmur, menyatakan dukungannya terhadap pelatihan ini. Ia berharap para peserta dapat memanfaatkan pelatihan ini dengan baik dan menjadi pionir dalam pengembangan seni dan budaya di sekolah masing-masing.
“Dengan lebih dari 1.000 guru di Parepare, kami berupaya agar pelatihan ini bisa dilakukan secara merata. Kami juga berharap ke depannya anggaran untuk pelatihan ini dapat ditingkatkan sehingga jumlah peserta bisa lebih banyak lagi,” ujar H. Makmur.
Ia juga menyoroti pentingnya peran setiap guru dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan lokal di sekolah, mengingat kebudayaan lokal saat ini kerap terkalahkan oleh budaya luar yang menyebar luas melalui media sosial.
“Saat ini, banyak generasi muda yang sudah tidak bisa memahami, apalagi menggunakan bahasa Bugis. Penyebaran budaya luar melalui media sosial lebih besar, sehingga memengaruhi pemahaman generasi muda terhadap budaya mereka sendiri,” tambahnya.
Dia juga menegaskan bahwa pendidikan kebudayaan harus dimulai sejak dini agar anak-anak mencintai dan bangga terhadap warisan budaya mereka sendiri. (*smartnews)