SmartnewsCelebes, Jakarta – Edukator hoaks Covid-19, dr RA Adaninggar SpPD sedih 1.296 sekolah jadi klaster Covid-19 selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Dr RA Adaninggar meminta pihak sekolah jangan asal melaksanakan PTM tanpa mengikuti panduan yang telah ditetapkan pemerintah.
Dr RA Adaninggar membagikan tangkapan layar berita berjudul “Kemendikbudristek: 1.296 Sekolah Jadi Klaster Covid-19 PTM”.
Dalam berita disebutkan, Direktur Jenderal (Dirjen) PAUD dan Pendidikan Dasar Menengah Kemendikbudristek, Jumeri mengatakan 1.296 sekolah jadi klaster Covid-19.
Jumlah itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Ditjen PAUD terhadap 46.500 sekolah hingga 20 September 2021.
Penyebaran Covid-19 paling banyak terjadi di SD sebanyak 581 sekolah. Disusul, 252 PAUD, SMP sebanyak 241 sekolah, SMA sebanyak 107 sekolah, SMK 70 sekolah, dan terakhir Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 13 sekolah.
“Sedih dan gemes saya klo ada berita-berita seperti ini,” kata dr RA Adaninggar dikutip Pojoksatu.id dari akun Instagramnya, @drningz pada Kamis (23/9/2021).
Dokter cantik bernama lengkap RA Adaninggar Primadia Nariswar ini menngingatkan sekolah harus benar-benar siap sebelum melaksanakan PTM.
“Yuk donk please semua orang tua, guru dan siapapun yang pengen PTM benar-benar berjalan, ya yang bener donk. Ikuti panduan yang sudah disusun oleh mendikbud, persiapkan matang-matang, lakukan simulasi, dan bila perlu mintalah masukan ke ikatan dokter anak setempat,” tegasnya.
Dokter yang akrab dipanggil dr Ning ini mengingatkan pentingnya melakukan pengawasan PTM agar klaster covid tidak semakin bertambah.
“Tujuan PTM itu apa sih? Bener kan alasannya karena ingin anak-anak kita ga jadi loss generation? Klo bener itu alasannya, mestinya pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan PTM juga gak asal-asalan donk,” jelasnya.
Dokter Ning menyoroti sekolah yang melaksanakan PTM secara asal-asalan.
“Saya yakin pasti banyak juga sekolah yang bener-benar mempersiapkan PTM ini dengan baik, tapi tidak sedikit juga yang ternyata asal-asalan, gak mau atau males beradaptasi dengan kondisi pandemi,” beber dr Ning.
Menurut dr Ning, sekolah yang melaksanakan TPM tapi mengabaikan panduan dari Kemendikbudristek, pasti tidak mau dibilangi egois.
“Apa dong namanya itu kalo udah ada panduan tapi gak menuruti panduan,” tanya dr Ning.
Dengan banyaknya klaster sekolah, dr Ning semakin tidak yakin untuk melepas anaknya mengikuti PTM di sekolah.
“Semakin gak yakin saya untuk melepas anak-anak saya untuk PTM, apalagi memang anak-anak saya belum bisa divaksin,” ucapnya.
“Ngeri karena masih banyak orang di luar sana yang tidak memegang prinsip KEJUJURAN, EMPATI, dan PENGENDALIAN DIRI. Hanya memikirkan diri sendiri. Ini hal yang paling mengerikan,” tandas dr RA Adaninggar SpPD. (one/pjks/smrt)