SmartNewsCelebes.Com, Parepare – Menjelang Pilpres 2019, netralitas Polri kembali dipertanyakan. Hal ini menyusul mantan Kapolsek Pasirwangi, Garut, AKP Sulman Aziz, yang mengadukan mutasi dirinya yang dianggap berbau politis.
AKP Sulman Aziz merasa dilengserkan dari jabatannya karena tak mau mendukung capres cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin. Namun, para petinggi Polri langsung membantah tudingan tersebut.
“Mungkin setelah pernyataan saya ini, saya akan ditangkap atau ditahan oleh Propam, tapi saya sudah siap,” ujar Sulman Aziz.
Raut wajah AKP Sulman Aziz terlihat agak sedikit tegang. Matanya tampak berkaca-kaca ketika mengungkapkan ‘keganjilan’ dalam proses mutasi jabatan yang dialaminya.
Pada Kamis (28/3) lalu, AKP Sulman Aziz resmi dilepas dari jabatannya sebagai Kapolsek Pasirwangi. Dia dipindah tugas ke Polda Jawa Barat sebagai Kanit Seksi Pelanggaran Subdit Gakkum Direktorat Lalu Lintas di sana.
“Saya merasa telah dizalimi, telah disakiti, termasuk keluarga saya, istri dan anak saya,” ujarnya di kantor Lokataru di Jakarta Timur, kemarin (31/3).
AKP Sulman Aziz lantas menjelaskan, kronologi kenapa dirinya sampai dimutasi. Menurutnya, itu berawal dari foto dirinya bersama sejumlah tokoh agama Pasirwangi dalam sebuah acara deklarasi dukungan terhadap capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi.
Acara itu dilaksanakan pada 25 Februari lalu. AKP Sulman Aziz menyebut, foto itu sengaja diambil sebagai bagian dari dokumentasi acara dan bahan laporan ke Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna.
“Saya hanya melaksanakan tugas saya sebagai kapolsek memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di wilayah saya tersebut berjalan sesuai dengan ketentuan,” ungkap AKP Sulman Aziz.
Namun, foto itu ternyata berbuntut pada pemeriksaan 20 anggota Polsek Pasirwangi oleh Propam Polda Jabar beberapa hari setelah acara.
Para anggota itu mengaku ditanya tentang hubungan Sulman dan tokoh pendukung Prabowo-Sandi di Pasirwangi.
“Artinya, mereka (Propam Polda Jabar) mencurigai saya ada permainan dengan ketua panitia (deklarasi Prabowo-Sandi),” tutur AKP Sulman Aziz.
AKP Sulman Aziz juga meyakini bahwa mutasinya tersebut diduga kuat berhubungan dengan sikap tegasnya menolak perintah Kapolres Garut melakukan penggalangan dukungan untuk pasangan capres-cawapres nomor urut 01.
AKP Sulman Aziz menyebut perintah itu secara langsung disampaikan kapolres dalam forum rapat di Mapolres Garut pada Februari lalu, sebelum kegiatan deklarasi di Pasirwangi.
“Saya enggak tahu apakah itu perintah estafet dari atas. Tapi saya diperintahkan beliau (Budi Satria Wiguna) agar kita berpihak pada paslon nomor 01,” ungkap AKP Sulman Aziz.
“Ada ancaman juga, kalau paslon itu (01) kalah di wilayah polsek masing-masing, maka kapolsek akan dimutasikan atau dikotakkan,” ucap AKP Sulman Aziz dengan suara lantang.
Dari rentetan peristiwa itu, perwira polisi yang sudah 27 tahun mengabdi itu meyakini ada yang tidak beres dengan pemindahan dirinya ke Polda Jabar.
Termasuk, netralitas Kapolres Garut yang beberapa kali memerintahkan para kapolsek untuk menggalang dukungan salah satu pasangan capres-cawapres.
“Saya tidak punya kemampuan untuk melakukan penggalangan (dukungan),” kata AKP Sulman Aziz.
Setelah menyampaikan keganjilan tersebut, AKP Sulman Aziz pun ikhlas bila kemudian berhadapan dengan Propam Polda Jabar.
Namun, terlepas dari hal itu, dia berharap semua polisi di seluruh Indonesia berani menolak perintah pimpinan yang salah. Misal, perintah menggalang dukungan untuk memenangkan salah satu paslon. Atau menggembosi acara salah satu paslon.
“Jangan jadikan kami sebagai alat untuk merebut kekuasaan. Kami adalah patriot bangsa, penegak hukum, yang harus bekerja sesuai dengan harapan daripada rakyat,” tutur perwira kelahiran Bengkulu tersebut.
(tyo/syn/wil/radarbogor/pjks/smart)