SmartnewsCelebes.com, Jakarta -Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Pukovisa Prawirohardjo, Sp.S(K) mengatakan kualitas tidur sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

Bahkan, buruknya kualitas tidur dapat mengganggu fokus, memperburuk suasana hati, dan bahkan dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit degeneratif.

“Kami dapat mengetahui apakah tidur sudah baik atau belum dilihat dari dua sisi, yaitu sisi kualitas dan kuantitas,” kata dr. Pukovisa di Jakarta, Senin (7/6).

Dia menjelaskan beberapa tanda awal gangguan tidur seperti kelelahan, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, mengantuk di siang hari, serta adanya perubahan perilaku.

“Bila gejala-gejala ini terus bertahan lebih dari 1 bulan atau sudah mempengaruhi aktivitas sehari-hari, sebaiknya untuk segera berkonsultasi ke dokter,” katanya.

Menurutnya, gejala awal gangguan tidur juga dapat diatasi dengan melakukan sleep hygiene sebelum tidur, yaitu dengan mengatur kondisi kamar tidur tetap sejuk dan tenang, mandi air hangat dan sikat gigi sebelum tidur.

Dr. Pukovisa mengatakan gangguan tidur dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya ada sindrom kaki gelisah (RLS), kurangnya aktivitas fisik, terlalu lama tidur siang, adanya rasa sedih karena ada anggota keluarga yang meninggal dunia, terlalu lama menatap layar ponsel sebelum tidur, atau sedang dirawat inap di rumah sakit.

Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi, misalnya ada suara volume tinggi yang mengganggu, cahaya kamar yang terlalu terang, serta tempat tidur tidak nyaman. Konsumsi obat-obatan tertentu serta mengonsumsi kafein juga sangat mempengaruhi pola tidur seseorang

Masalah medis seperti depresi, alzheimer, parkinson, kondisi menopause, dan nyeri sendi otot juga dapat menyebabkan gangguan tidur,” ujar dr. Pukovisa.

Gangguan tidur ini, ujar dr. Pukovisa, diperburuk dengan adanya kondisi pandemi Covid-19.

“Pandemi membuat sebagian orang merasa khawatir dan gelisah, yang pada akhirnya merusak kualitas tidur,” ungkapnya.

Dia mengatakan ciri kualitas tidur yang baik yaitu pertama mudah untuk memulai tidur, kedua tidak mudah terbangun di malam hari, ketiga tidak terbangun lebih awal, dan keempat merasa segar ketika bangun tidur.

Dr. Pukovisa mengingatkan kualitas tidur baik sangat bermanfaat bagi kesehatan otak dan saraf agar dapat berfungsi optimal.

“Hal ini terutama bagi lansia,” bebernya.

Dr. Pukovisa menyebut salah satu permasalahan yang banyak dikeluhkan terutama oleh lansia ialah kesulitan tidur. Sementara dari sisi kuantitas, terdapat beberapa indikator waktu normal tidur. Waktu tidur lansia memang menjadi lebih sedikit dibandingkan anak-anak, remaja atau dewasa.

Waktu tidur lansia yang normal yaitu sekitar 6-7 jam sehari. Selain itu, pola tidur juga akan berubah seiring dengan pertambahan usia karena adanya penurunan fungsi jam internal dalam tubuh,” ujarnya. (antr/jpn/smrt)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here